1. PELUANG AGRIBISNIS
Kedelai merupakan komoditas utama tanaman pangan yang memiliki peran dalam ketahanan pangan, dan sebagai bahan pokok dalam industri pakan dan pangan. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti kecap, susu kedelai, tahu, tempe, taucho dan sebaginya.
Pengembangan kedelai kedepan diarahkan untuk mencapai tujuan terciptanya Indonesia menjadi produsen kedelai yang tangguh dan mandiri pada tahun 2025 dengan ciri-ciri produksi yang cukup dan efisien, kualitas dan nilai tambah yang berdaya saing, penguasaan pasar yang luas, meluasnya peran stakeholder, serta adanya dukungan pemerintah yang kondusif.
2. MANFAAT TANAMAN
Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu: olahan dalam bentuk protein kedelai dan minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat digunakan sebagai bahan industri makanan yang diolah menjadi: susu, vetsin, kue-kue, permen dan daging nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan seperti kertas, cat cair, tinta cetak dan tekstil. Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan sebagai bahan industri makanan dan non makanan. Industri makanan dari minyak kedelai yang digunakan sebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida sebagai bahan untuk pembuatan minyak goreng, margarin dan bahan lemak lainnya. Sedangkan dalam bentuk lecithin dibuat antara lain: margarin, kue, tinta, kosmetika, insectisida dan farmasi.
3. SYARAT PERTUMBUHAN
3.1. Iklim
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baikdari pada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab.
Curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. optimal, antara 100-200 mm/bulan.
Suhu 21-340C, optimum 230C. Pada proses perkecambahan benih memerlukan suhu 300C.
penyinaran , > 10 jam per hari
Kelembaban : rata-rata 50%
3.2. Media Tanam
a) Kondisi tanah tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia, tanah yang baik ditanami jagung, cocok untuk kedelai.
b) Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar
c) Tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup.
d) Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai, perlu diberi bakteri Rhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacang panjang). Kedelai yang ditanam pada tanah berkapur atau bekas ditanami padi akan lebih baik hasilnya, sebab tekstur tanahnya masih baik dan tidak perlu diberi pemupukan awal.
e) Tanah kaya akan humus atau bahan organik, bahan organik yang cukup akan memperbaiki daya olah dan merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.
f) Tanah berpasir dapat ditanami kedelai, asal air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup.
g) Tanah yang mengandung liat tinggi, memerlukan perbaikan drainase dan aerasi sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen dan tidak tergenang air waktu hujan besar. Untuk memperbaiki aerasi, bahan organik sangat penting artinya.
h) Keasaman atau pH 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik.
i) Topografi tanahnya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul.
3.3. Ketinggian Tempat
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5- 300 m dpl. Sedangkan varietas kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl.
4. WILAYAH PENGEMBANGAN
Tanaman kedelai ditanam di hamper semua kecamatan yang ada di kabupaten sumedang, namun demikian dalam rangka pengembangan agribisni, wilayah pengembangan kedelai diarahkan ke 3 kecamatan yaitu Ujungjaya, Jatinunggal, Darmaraja
5. PEDOMAN BUDIDAYA
5.1. Benih
1) Persyaratan Benih
Benih yang digunakan harus berkualitas baik, artinya daya tumbuh tinggi, seragam, tidak tercemar varietas lainnya, bersih dari kotoran, dan tidak terinfeksi dengan hama penyakit. Benih yang ditanam juga harus merupakan varietas unggul yang berproduksi tinggi, berumur genjah/pendek dan tahan terhadap serangan hama penyakit. Beberapa varietas unggul kedelai adalah: Ringgit (137), Clark 63, Davros, Economic Garden, Galunggung, Guntur, Lakon, Limpo Batang, Merbabu, No.27, No.29, No.452, Orba, Peter, Raung, Rinjani, Shakti, Taichung, Tambora, Tidar, TK 5, Wilis.
2) Penyiapan Benih
Pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum benih ditanam harus dicampur dengan legin, (suatu inokulum buatan dari bakteri atau kapang yang ditempatkan di media biakan, tanah, kompos untuk memulai aktifitas biologinya Rhizobium japonicum). Pada tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelai atau kacang-kacangan lain, berarti sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini akan hidup di dalam bintil akar dan bermanfaat sebagai pengikat unsur N dari udara. Cara pemberian legin: (1) sebanyak 5-10 gram legin dibasahi dengan air sekitar 10 cc; (2) legin dicampur dengan 1 kg benih dan kocok hingga merata (agar seluruh kulit biji terbungkus dengan inokulum; (3) setelah diinokulasi, benih dibiarkan sekitar 15 menit baru dapat ditanam. Dapat juga benih diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum ditanam, tetapi tidak lebih dari 6 jam. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam hal memilih benih yang baik adalah: kondisi dan lama penyimpanan benih tersebut. Biji kedelai mudah menurun daya kecambah/daya tumbuhnya (terutama bila kadar air dalam biji ± 13% dan disimpan di ruangan bersuhu ± 250C, dengan kelembaban nisbi ruang ± 80%.
Pada daerah kronis endemis lalat bibit perlu dilakukan perlakuan benih apabila menggunakan marshal 25 ST dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Larutkan 100 gram Marshal 25 ST dalam 1 gelas air.
- Masukkan dalam kantung plastik kapasitas > 7,5 Kg benih
- Masukan 5 Kg kedalam kantung plastik kocok sampai rata.
3) Penanaman dengan benih yang mempunyai daya tumbuh agak rendah dapat diatasi dengan cara menanamkan 3-4 biji tiap lubang, atau dengan memperpendek jarak tanam. Jarak tanam pada penanaman benih berdasarkan tipe pertumbuhan tegak dapat diperpendek, sebaliknya untuk tipe pertumbuhan agak condong (batang bercabang banyak) diusahakan agak panjang, supaya pertumbuhan tanaman yang satu dengan lainnya tidak terganggu.
5.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Terdapat 2 cara mempersiapkan penanaman kedelai, yakni: persiapan tanpa pengolahan tanah (ekstensif) di sawah bekas ditanami padi rendheng dan persiapan dengan pengolahan tanah (intensif). Persiapan tanam pada tanah tegalan atau sawah tadah hujan sebaiknya dilakukan 2 kali pencangkulan. Pertama dibiarkan bongkahan terangin-angin 5-7 hari, pencangkulan ke 2 sekaligus meratakan, memupuk, menggemburkan dan membersihkan tanah dari sisa-sia akar. Jarak antara waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar 3 minggu.
2) Pembentukan Bedengan
Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun dengan bajak lebar 50-60 cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara drainase yang satu dengan lainnya sekitar 3-4 m.
3) Pengapuran
- Tanah dengan pH kurang dari 5,5 seperti podsolik merah-kuning, harus dilakukan pengapuran
- Kapur disebar di permukaan tanah, kemudian diaduk dengan lapisan olah tanah ± 15 cm.
- Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum tanam, dengan dosis 2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan pH tanah sudah meningkat sesuai dengan yang diinginkan. Kapur halus memberikan reaksi lebih cepat daripada kapur kasar. Sebagai sumber kapur dapat digunakan batu kapur atau kapur tembok.
- Pemberian kapur tidak harus dilakukan setiap kali tanam, tetapi setiap 3-4 tahun sekali. Dengan pengapuran, tanah menjadi kaya akan Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dan pH-nya meningkat. Selain itu peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaan Molibdenum (Mo) yang berperan penting untuk produksi kedelai dan golongan tanaman kacang-kacangan, karena erat hubungannya dengan perkembangan bintil akar.
5.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Jarak Tanaman
Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan sifat tanaman. Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 20 x 20 cm. Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam dan mudah disiangi..
2) Pembuatan Lubang Tanam
Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan, penanaman benih dilakukan menurut alur bajak sedalam kira-kira 5 cm. Sedangkan jarak jarak antara alur yang satu dengan yang lain dapat dibuat 50-60 cm, dan untuk alur ganda jarak tanam dibuat 20 cm.
3) Cara Penanaman
Sistem penanaman yang biasa dilakukan adalah:
- Sistem tanaman tunggal Dalam sistem ini, seluruh lahan ditanami kedelai dengan tujuan memperoleh produksi kedelai baik mutu maupun jumlahnya. Kedelai yang ditanam dengan sistem ini, membutuhkan lahan kering namun cukup mengandung air, seperti tanah sawah bekas ditanami padi rendeng dan tanah tegalan pada permulaan musim penghujan. Kelebihan lainnya ialah memudahkan pemberantasan hama dan penyakit. Kelemahan sistem ini adalah: penyebaran hama dan penyakit kedelai relatif cepat, sehingga penanaman kedelai dengan sistem ini memerlukan perhatian khusus. Jarak tanam kedelai sebagai tanaman tunggal adalah: 20 x 20 cm; 20 x 35 cm atau 20 x 40 cm.
- Sistem tanaman campuran Dengan sistem ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Umur tanaman tidak jauh berbeda. 2. Tanaman yang satu tidak mempunyai sifat mengalahkan tanaman yang liar. 3. Jenis hama dan penyakit sama atau salah satu tanaman tahan terhadap hama dan penyakit. 4.Kedua tanaman merupakan tanaman palawija, misalnya kedelai dengan kacang tunggak/ kacang tanah, kedelai dengan jagung, kedelai dengan ketela pohon.
- Sistem tanaman tumpangsari Sistem ini biasa diterapkan pada tanah yang mendapat pengairan terus menerus sepanjang waktu, misalnya tanah sawah yang memiliki irigasi teknis. Untuk mendapatkan kedelai yang bermutu baik, biasanya kedelai ditanam bersamaan.
Penanaman dilakukan sebagai berikut :
a. Pada Lahan sawah yang banyak air
- Jerami dipotong dan dikumpulkan di pematang sawah
- Biji kedelai ditanam sedalam 3-5 cm.
- Bila tanah masih lembek, biji diletakan di atas tanah.
- Pertanaman ditutup dengan jerami sebagai mulsa.
b. Pada lahan sawah Kurang Air
- Jerami dipotong pada bagian pangkal dan kepinggirkan
- Biji ditugal sedalam 3-5 cm.
- Seluruh lubang ditutup dengan jerami serata mungkin.
c. Pada lahan tegalan atau lahan kering non pupuk hijau
- Pada tanah yang sudah diolah dibuat saluran drainase.
- Biji ditugal sedalam 3-5 cm
- Setelah penanaman biji ditutup tipis dengan tanah.
4) Waktu Tanam
Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda tidak terkena banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang dianjurkan berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam menjelang akhir musim penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih mengandung cukup air. Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Sebagai pedoman: bila ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan musim penghujan. Bila ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalah menjelang akhir musim penghujan. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat ditanam pada awal sampai pertengahan musim kemarau.
5.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak semua biji yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidak seragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai yang tidak tumbuh sebaiknya segera diganti dengan biji-biji yang baru yang telah dicampur Legin atau Nitrogen. Hal ini perlu dilakukan apabila jumlah benih yang tidak tumbuh mencapai lebih dari 10%. Waktu penyulaman yang terbaik adalah sore hari.
2) Penyiangan
Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu. Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan atau kuret. Apabila lahannya luas, dapat juga dengan menggunakan herbisida. Sebaiknya digunakan herbisida seperti Lasso untuk gulma berdaun sempit dengan dosis 4 liter/ha.
3) Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.
4) Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut:
- Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.
- Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
- Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
- Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000-5000 kg/ha; Urea=50-100 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.
Pemupukan dilakukan sebagai beriut :
Pupuk Dasar
- Pupuk diberikan sebelum tanam atau saat tanam
- Cara ditugal pada jarak 5 cm dari lubang tanam
- Dosis 1/2 N, seluruh dosis P dan K
Pupuk susulan
- Umur tanaman 20-30 hari/menjelang berbunga
- Cara ditugal dengan jarak 10 cm dari tanaman
- dosis pupuk 1/2 bagian N atau sekitar 25 Kg/Ha
5) Pengairan dan Penyiraman
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan air pada masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila kekeringan telah melalui batas toleransinya. kekeringan pada masa pembungaan dan pengisian polong dapat menyebabkan kegagalan panen. Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa diatur. Namun bila tidak ada irigasi, penyediaan air hanya hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu tanamnya dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami atau potongan-potongan tanaman lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah. Mulsa ini akan mencegah penguapan air secara berlebihan. Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih dari 7 hari, tanah harus diairi. Caranya tanaman digenangi air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini diulangi setiap 7-10 hari. Pengairan tidak dilakukan lagi apabila polong telah terisi penuh. Pada tanah yang keras (drainase buruk) kelebihan air akan meyebabkan akar membusuk. Di tanah berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3- 4 meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam. Hal ini terutama dilakukan pada saat musim hujan.
6) Pemeliharaan Lain
Kedelai termasuk tanaman yang membutuhkan banyak sinar matahari jika tanaman terlindungi akan selalu muda sehingga proses pembentukan buah kurang baik, dan hasilnya akan sedikit, bahkan tidak berbuah sama sekali, selain itu kedelai akan rusak bila tertimpa cabang -cabang kering tanaman pelindung yang jatuh.
6. HAMA DAN PENYAKIT
6.1. Hama
a) Aphis SPP (Aphis Glycine)
Kutu dewasa berukuran 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang bersayap dan tidak. Kutu menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan, masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1) menanam kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacang- kacangan; (2) membuang bagian tanaman terserang hama dan membakarnya; (3) menggunakan musuh alami (predator/parasit); (4) penyemprotan insektisida pada permukaan daun bagian atas dan bawah.
b) Melano Agromyza Phaseoli,
Ukuran kecil sekali (1,5 mm) Lalat bertelur pada leher akar, larva masuk ke dalam batang memakan isi batang, kemudian menjadi lalat dan bertelur. Lebih berbahaya bagi kedelai yang ditanam di ladang. Pengendalian: (1) waktu tanam pada saat tanah masih lembab dan subur (tidak pada bulan-bulan kering); (2) penyemprotan Agrothion 50 EC, Azodrin 15 WSC, Sumithoin 50 EC, Surecide 25 EC
c) Kumbang daun tembukur (Phaedonia Inclusa)
Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala: larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman. Pengendalian: penyemprotan Agrothion 50 EC, Basudin 50 EC, Diazinon 60 EC, dan Agrothion 50 EC.
d) Cantalan (Epilachana Soyae)
Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu duri, pemakan daun dan merusak bunga. Pengendalian: sama dengan terhadap kumbang daun tembukur.
e) Ulat polong (Etiela Zinchenella)
Ulat yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah, setelah menetas, ulat masuk ke dalam buah sampai besar, memakan buah muda. Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya. Pengendalian: (1) kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen padi), sebelum ulat berkembang biak; (2) penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari sebelum panen.
f) Kepala polong (Riptortis Lincearis)
Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa. Pengendalian: penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.
g) Lalat kacang (Ophiomyia Phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh. Pengendalian: Saat benih ditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami. Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air, volume larutan 1000 liter/ha. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
h) Kepik hijau (Nezara Viridula)
Panjang 16 mm, telur di bawah permukaan daun, berkelompok. Setelah 6 hari telur menetas menjadi nimfa (kepik muda), yang berwarna hitam bintik putih. Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga 1 - 6 bulan. Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat. Pengendalian: Azodrin 15 WSC, Dursban 20 EC, Fomodol 50 EC.
i) Ulat grayak (Prodenia Litura)
Seranggan: mendadak dan dalam jumlah besar, bermula dari kupu-kupu berwarna keabu-abuan, panjang 2 cm dan sayapnya 3-5 cm, bertelur di permukaan daun. Tiap kelompok telur terdiri dari 350 butir. Gejala: kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain. Pengendalian: (1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat menyerang tanaman) beberapa insektisida yang efektif seperti Dursban 20 EC, Azodrin 15 WSC dan Basudin 50 EC.
6.2. Penyakit
a) Penyakit layu lakteri (Pseudomonas solanacearum)
Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi. Gejala: layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian: (1) Varietas yang yang ditanam tahan layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit tersebut. Pemberantasan: belum ada.
b) Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)
Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek. Gejala: daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi. Pengendalian: (1) varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan terhadap penyakit layu; (2) menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter air.
c) Penyakit lapu (Witches Broom: Virus)
Penyakit ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan melalui singgungan tanam karena jarak tanam terlalu dekat. Gejala: bunga, buah dan daun mengecil. Pengendalian: menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC.
d) Penyakit anthracnose ( Colletotrichum Glycine Mori)
Penyakit ini menyerang daun dan polong yang telah tua. Penularan dengan perantaraan biji-biji yang telah kena penyakit, lebih parah jika cuaca cukup lembab. Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil. Pengendalian: (1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat; (2) penyemprotan Antracol 70 WP, Dithane M 45, Copper Sandoz.
e) Penyaklit karat (Cendawan phakospora Phachyrizi)
Penyakit ini menyerang daun. Penularan dengan perantaraan angin yang menerbangkan dan menyebarkan spora. Gejala: daun tampak bercak dan bintik coklat. Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit; (2) menyemprotkan Dithane M 45.
f) Penyakit bercak daun bakteri (Xanthomonas phaseoli)
Penyakit ini menyerang daun. Gejala: permukaan daun bercak-bercak menembus ke bawah. Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45.
g) Penyakit busuk batang (Cendawan Phytium Sp)
Penyakit ini menyerang batang. Penularan melalui tanah dan irigasi. Gejala: batang menguning kecokllat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati. Pengendalian: (1) memperbaiki drainase lahan; (2) menyemprotkan Dithane M 45.
h) Virus mosaik (virus)
Penyakit ini menyerang Yang diserang daun dan tunas. Penularan vektor penyebar virus ini adalah Aphis Glycine (sejenis kutu daun). Gejala: perkembangan dan pertumbuhan lambat, tanaman menjadi kerdil. Pengendalian: (1) penanaman varietas yang tahan terhadap virus; (2) menyemprotkan Tokuthion 500 EC.
7. PANEN
7.1. Ciri dan Umur Panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya. Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul- betul sempurna dan merata.
7.2. Cara Panen
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur. a) Pemungutan dengan cara mencabut Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu. Pada tanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah. Cara pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan. b) Pemungutan dengan cara memotong Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu dengan alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan dengan cara memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintil- bintilnya yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabut sukar dilakukan, maka dengan memotong akan lebih cepat.
7.3. Periode Panen
Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar buah yang belum masak benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya dilakukan secara bertahap, beberapa kali.
7.4. Prakiraan Produksi
Produksi kedelai yang dihasilkan para petani Indonesia rata-rata 600-700 kg/ha.
8. PASCAPANEN
8.1. Pengumpulan dan Pengeringan
Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur. Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari. Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikan juga menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji masih terbungkus polong dengan mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong sudah cukup kering. Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara terpisah. Biji tersebut sebenarnya telah dipilih dari tanaman-tanaman yang sehat dan dipanen tersendiri, kemudian dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air 10-15%. Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00 hingga 12.00 siang.
8.2. Penyortiran dan Penggolongan
Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat pemotong padi. Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan. Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan diperoleh biji kedelai sekitar 18,2%.
8.3. Penyimpanan dan pengemasan
Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.
9. STANDAR PRODUKSI
9.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh,cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
9.2. Diskripsi
Standar mutu kedelai di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3922-1995
9.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
a) Syarat umum
- Bebas hama dan penyakit.
- Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya.
- Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.
- Memiliki suhu normal.
b) Syarat khusus
Komponen mutu Mutu
I II III IV
Kadar air maksimum (%) 13 14 14 16
Butir belah maksimum (%) 1 2 3 5
Butir rusak maksimum (%) 1 2 3 5
Butir warna lain maksimum (%) 1 3 5 10
Kotoran maksimum (%) 0 1 3 5
Untuk mendapatkan hasil produksi kedelai yang sesuai dengan yang telah disyaratkan maka perlu dilakukan beberapa pengujian yang diantaranya:
- Penentuan adanya hama dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera pengelihatan dan penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan.
- Penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan dengan cara manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/sampel. Persentase butir-butir warna lain, butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-masing komponen dibandingkan dengan berat contoh analisa x 100 %.
- Penentuan kadar air biji ditentukan dengan moisturetester electronic yang telah dikalibrasiatau dengan Toluen AOAC 9254 dan Penentuan suhu dengan termometer.
9.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram.
9.5. Pengemasan
Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan bersih dan dijahit mulutnya, berat netto maksimum 75 kg dan tahan mengalami “handling” baik waktu pemuatan maupun pembongkaran. Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain:
- Produksi Indonesia.
- Daerah asal produksi.
- Nama dan mutu barang.
- Nama perusahaan /pengekspor.